5
Agustus 2011 yang lalu melalui proses kateterisasi di RS Telogorejo Semarang
diketahui bahwa terjadi penyempitan pembuluh darah di jantung saya dibeberapa
tempat. Bahkan ada yang tersumbat hingga 100%. Lalu dilakukan pemeriksaan Echo
yang ternyata EF saya hanya 20%. Oleh dokter yang merawat saya, disarankan
untuk dilakukan pemeriksaan cardiology nuclear yang dirujuk di rumah sakit
Harapan Kita Jakarta. Namun saya tidak bisa langsung melakukan nuclear tersebut
karena kebetulan RS Harapan Kita kehabisan stock bahan untuk cardiology nuclear
tersebut. Saya dijadwalkan tgl 12 September 2011 untuk cardiology nuclear.
Cardiology Nuclear
dilakukan untuk mengetahui sebesar apa otot2 pembuluh darah jantung masih bisa
berfungsi. Di RS Telogorejo itupun dokter ragu ragu melakukan tindakan atas
jantung saya yang memang berstatus high risk.
Lamanya waktu
menunggu membuat saya mengambil langkah second opinion ke dokter di Singapore
dan Penang Malaysia. Dokter disana tidak
berani mengambil resiko dengan kondisi EF saya yang cuma 20% itu. Mereka
menyarankan EF saya dinaikkan dulu hingga setidaknya 30 %. Saya hamya bisa
pasrah dan terus berdoa pada Tuhan agar saya dapat segera di operasi.
Sampai akhirnya tanggal 12 September 2011 saya ke Jakarta
untuk melakukan cardiology nuclear di RSJP Harapan Kita. Setelah hasil
cardiology nuclear keluar, saya mencoba untuk berkonsultasi dengan dokter
Tarmizi Hakim SpBTKV di paviliun eksekutive RSJPHK. Tanpa di duga beliau
bertanya pada saya, saya ada waktu lowong tanggal 19 September, anda siap saya
operasi? Tanpa pikir panjang saya bilang siap banget dokter. Dokter Tarmizi
bilang OK tanggal 19 kita operasi jantung anda, karena saya lihat anda siap dan
tidak takut untuk saya operasi. Seandainya anda tadi ragu ragu menjawab, saya
juga tidak berani melakukan tindakan operasi itu, karena kesiapan pasien ikut membantu sukses tidaknya operasi
ini. Dokter Tarmizi bilang dengan menunggu EF saya naik yang memakan waktu
lama, kemungkinan jantung aku juga sudah semakin rusak. Maka sama sama
berisiko, dia berani ambil tindakan operasi lebih dini dengan segala high risk
nya, daripada menunggu EF naik tapi saat operasi gagal karena jantung sudah
rusak parah.
Operasi saya berlangsung sekitar 6 jam, dan berlangsung
dengan sukses. Saya opname selama 7 hari pasca operasi. Dan setelah
diperbolehkan pulang, masih harus menjalani rehab medik selama 12 hari kerja (
2 Minggu ).
Sekarang kondisi saya sudah jauh lebih baik daripada
sebelum dioperasi. Saya harus lebih bersabar lagi karena jantung saya belum
kembali sempurna seperti sedia kala karena jantung saya dulu terlanjur
membesar.
Terima kasih saya ucapkan kepada tim medis dari RSJP
Harapan Kita Jakarta, terutama Dr Tarmizi Hakim ( dia dokter hebat yang
dipunyai Indonesia) Prof.DR.Dr. Idrus Idham, Dr Arief dan para suster.
Bp Saya 52th pada awalnya punya penyakit stroke di kaki kiri dan tangan kiri,
BalasHapusPasca operasi bypass jantung, telapak kaki kiri terasa nyeri tak terhingga. Sakitnya 24jam, otomatis tidak tidur. Sudah sebulan lebih (perih,nyeri,terasa panas) sudah ke Dokter yang menangani operasi Bapa, diberi obat, namun tiada hasil yang berarti, kemudian konsultasi ke Dokter Saraf diberi obat juga, dan hasil nihil, hingga sekarang,,,,sudah 1bulan lebih Bapa susah tidur karena telapak kaki kirinya yang nyut-nyutan tiada henti,, mohon bantuannya
Saya juga sudah menjalani opersi bypass jantung 1 tahun lalu Alhamdillah sekarang sudah sehat.
BalasHapus