Senin, 04 Juni 2012


5 Agustus 2011 yang lalu melalui proses kateterisasi di RS Telogorejo Semarang diketahui bahwa terjadi penyempitan pembuluh darah di jantung saya dibeberapa tempat. Bahkan ada yang tersumbat hingga 100%. Lalu dilakukan pemeriksaan Echo yang ternyata EF saya hanya 20%. Oleh dokter yang merawat saya, disarankan untuk dilakukan pemeriksaan cardiology nuclear yang dirujuk di rumah sakit Harapan Kita Jakarta. Namun saya tidak bisa langsung melakukan nuclear tersebut karena kebetulan RS Harapan Kita kehabisan stock bahan untuk cardiology nuclear tersebut. Saya dijadwalkan tgl 12 September 2011 untuk cardiology nuclear.
Cardiology Nuclear dilakukan untuk mengetahui sebesar apa otot2 pembuluh darah jantung masih bisa berfungsi. Di RS Telogorejo itupun dokter ragu ragu melakukan tindakan atas jantung saya yang memang berstatus high risk.
 Lamanya waktu menunggu membuat saya mengambil langkah second opinion ke dokter di Singapore dan Penang  Malaysia. Dokter disana tidak berani mengambil resiko dengan kondisi EF saya yang cuma 20% itu. Mereka menyarankan EF saya dinaikkan dulu hingga setidaknya 30 %. Saya hamya bisa pasrah dan terus berdoa pada Tuhan agar saya dapat segera di operasi.
Sampai akhirnya tanggal 12 September 2011 saya ke Jakarta untuk melakukan cardiology nuclear di RSJP Harapan Kita. Setelah hasil cardiology nuclear keluar, saya mencoba untuk berkonsultasi dengan dokter Tarmizi Hakim SpBTKV di paviliun eksekutive RSJPHK. Tanpa di duga beliau bertanya pada saya, saya ada waktu lowong tanggal 19 September, anda siap saya operasi? Tanpa pikir panjang saya bilang siap banget dokter. Dokter Tarmizi bilang OK tanggal 19 kita operasi jantung anda, karena saya lihat anda siap dan tidak takut untuk saya operasi. Seandainya anda tadi ragu ragu menjawab, saya juga tidak berani melakukan tindakan operasi itu, karena kesiapan  pasien ikut membantu sukses tidaknya operasi ini. Dokter Tarmizi bilang dengan menunggu EF saya naik yang memakan waktu lama, kemungkinan jantung aku juga sudah semakin rusak. Maka sama sama berisiko, dia berani ambil tindakan operasi lebih dini dengan segala high risk nya, daripada menunggu EF naik tapi saat operasi gagal karena jantung sudah rusak parah.
Operasi saya berlangsung sekitar 6 jam, dan berlangsung dengan sukses. Saya opname selama 7 hari pasca operasi. Dan setelah diperbolehkan pulang, masih harus menjalani rehab medik selama 12 hari kerja ( 2 Minggu ). 
Sekarang kondisi saya sudah jauh lebih baik daripada sebelum dioperasi. Saya harus lebih bersabar lagi karena jantung saya belum kembali sempurna seperti sedia kala karena jantung saya dulu terlanjur membesar.
Terima kasih saya ucapkan kepada tim medis dari RSJP Harapan Kita Jakarta, terutama Dr Tarmizi Hakim ( dia dokter hebat yang dipunyai Indonesia) Prof.DR.Dr. Idrus Idham, Dr Arief dan para suster.



2 komentar:

  1. Bp Saya 52th pada awalnya punya penyakit stroke di kaki kiri dan tangan kiri,
    Pasca operasi bypass jantung, telapak kaki kiri terasa nyeri tak terhingga. Sakitnya 24jam, otomatis tidak tidur. Sudah sebulan lebih (perih,nyeri,terasa panas) sudah ke Dokter yang menangani operasi Bapa, diberi obat, namun tiada hasil yang berarti, kemudian konsultasi ke Dokter Saraf diberi obat juga, dan hasil nihil, hingga sekarang,,,,sudah 1bulan lebih Bapa susah tidur karena telapak kaki kirinya yang nyut-nyutan tiada henti,, mohon bantuannya

    BalasHapus
  2. Saya juga sudah menjalani opersi bypass jantung 1 tahun lalu Alhamdillah sekarang sudah sehat.

    BalasHapus